Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen atau 25 basis poin (bps) dari 3,75 persen, menjadi 4 persen pada pengumuman bulan ini. Sejumlah ekonom, salah satunya Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebutkan kenaikan suku bunga bakal dilakukan BI untuk menekan laju inflasi yang terus menanjak sejak beberapa bulan lalu.
Apalagi, pada awal bulan ini pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diyakini bakal menambah tekanan ke inflasi.
"Ya, kami lihat BI ada kemungkinan bisa naikkan lagi BI7DRRR (BI 7-day Reverse Repo Rate). Kami masih forecast kenaikan di 25 bps karena kenaikan inflasi akibat penyesuaian harga BBM," ujarnya pada CNNIndonesia.com, Senin (19/9).
Selain itu, Faisal menilai kenaikan suku bunga BI juga ditopang oleh sentimen global yakni kebijakan The Fed. Di mana, bank sentral AS tersebut diprediksi bakal kembali menaikkan suku bunga 75 bps mengingat inflasinya yang masih tinggi.
Setali tiga uang, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz juga memprediksi akan ada kenaikan BI rate sebesar 25 bps. Hal ini tercermin dari survei yang dilakukan BI pada minggu ketiga menunjukkan bahwa inflasi tembus 5,9 persen di akhir bulan ini.
"Kenaikan BBM dampak langsungnya ke harga energi dan transportasi, kita lihat sudah disesuaikan. Bulan-bulan berikutnya harga-harga produk manufaktur juga akan naik sebagai second round impact," jelasnya.
Faiz juga melihat ada sentimen dari kebijakan The Fed yang bakal makin hawkish. Bahkan, dia memproyeksi kenaikan suku bunga The Fed bisa hingga 100 bps.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan kenaikan suku bunga memang akan dilakukan BI karena tak hanya kenaikan harga BBM, harga produk lainnya di luar sektor transportasi juga ikut melonjak. Sehingga, inflasi akan lebih tinggi dan kebijakan BI harus bisa mengimbangi.
"Ekspektasi inflasi meningkat ke arah 7 persen dan BI akan berupaya menjangkar inflasi dengan pelan-pelan menaikkan rate," pungkasnya.
Sumber : CNN Indonesia